Analisis Puisi dengan Pendekatan Stilistika
Tugas : Individu
Mata Kuliah : Teori Sastra
Dosen : Prof. Dr.Muhammad Rapi Tang, M.S.
Irma Satriani, S.S.,M.A
ANALISIS
SASTRA STILISTIKA
PADA PUISI
SAJAK
PUTIH
KARYA CHAIRIL ANWAR)
OLEH
NAMA : RAJAMUDDIN
NIM : 125041030
KELAS : PBSI
B
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHSA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Karya sastra
merupakan wujud dari hasil pemikiran manusia. Karya sastra diciptakan untuk
dinikmati dan diapresiasi. Dalam hal ini setiap penulis memiliki cara dalam
mengemukakan gagasan dan gambarannya untuk menghasilkan efek-efek tertentu bagi
pembacanya, Secara manyeluruh kajian stilistika berperan untuk membantu
menganalisis dan memberikan gambaran secara lengkap bagaimana nilai sebuah
karya sastra.
Pada lingkupnya puisi diciptakan oleh seseorang dengan melukiskan dan
mengekpresikan watak-watak yang penting si pengarang, bukan hanya menciptakan
keindahan semata. Dalam puisi membutuhkan efek-efek emotif yang mempengaruhi
karya sastra seperti: kebahasaan, paduan bunyi, penggunaan tanda baca, cara
penulisaan, dan lain sebagainya. Dengan demikian kriteria tersebut akan
membantu dalam menganalisis sebuah karya sastra.
Berangkat dari
hal itulah, penulis mengkaji objek penelitian yaitu puisi Sajak Putih karya Chairil Anwar. Hal yang sangat mendasari penulis mengambil slarya sastra ini adalah karena karya
sastra ini menceritakan “Sajak
Putih” yang di metaforkan sebagai sisi kehidupan manusia.
Metode yang digunakan penulis dalam menganalisis data adalah metode deskriptif
kualitatif dan metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif kualitatif
yaitu metode yang digunakan untuk memaparkan (mendeskripsi) informasi tertentu,
suatu gejala, peristiwa, kejadian sebagaimana adanya. Pada penelitian
deskriptif tidak diadakan perlakukan terhadap variabel-variabel yang akan di
deskripsikan dan tidak menggunakan angka-angka (Anggoro, dkk, 2007:65).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas dapat disusun beberapa rumusan masalah seperti di bawah ini:
1.
Bagaiman struktur fisik dalam
puisi Sajak Putih?
2.
Bagaiman struktur batin dalam
puisi Sajak Putih?
1.3 Tujuan Penelitian
1.
Menjelaskan bagaimana struktur
fisik dalam puisi Sajak Putih.
2.
Menjelaskan begaimana struktur
batin dalam puisi Sajak Putih.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam menentukan
rencana pembelajaran apresiasi kajian puisi, mengkaji atau menganalisis puisi
atau karya sastra lainnya, dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang lainnya.
Diharapkan pembaca mampu mengetahui struktur fisik dan struktur batin yang
terdapat dalam puisi Sajak Putih.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Landasan Teori
Stilistika berasal dari istilah stylistics dalam bahasa inggris. Istilah stilistika atau Stylistic terdiri dari dua kata style dan ics. Stylist adalah pengarang atau pembicara
yang baik gaya bahasanya, perancang atau ahli dalam mode. ics atau ika adalah ilmu, kaji, telaah. Jadi dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa stilistika merupakan ilmu gaya
bahasa.
Teori yang diambil yaitu menurut Nurhayati Pada Tahun 2008. Menurut
Nurhayati unsur utama pembentuk puisi selain bahasa adalah sebagai berikut:
1.
Struktur fisik puisi
Struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah
sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi.
Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut :
a)
Diksi
Pemilihan kata yang sangat erat kaitannya dengan
hakikat puisi yang penuh pemadatan. Oleh karena itu, penyair harus pandai memilih
kata-kata agar komposisi bunyi rima dan iramanya memiliki kedudukan yang sesuai
dan indah.
b)
Citraan
Merupakan penggunaan bahasa untuk menggambarkan
objek-objek, tindakan, perasaan, pikiran, ide, pernyataan, pikiran dan setiap
pengalaman indera atau pengalaman indera yang istimewa. Dalam hal ini yang
dimaksud citraan yang meliputi gambaran angan-angan dan penggunaan bahasa yang
menggambarkan angan-angan tersebut.
c)
Kata-kata konkret
Merupakan kata yang dapat melukiskan dengan tepat,
membayangkan dengan jitu apa yang hendak dikemukakan oleh pengarang. Ataupun
menurut Tarigan bahwa kata-kata konkret merupakan salah satu cara membangkitkan
daya bayang imajinasi para penikmat puisi.
d)
Bahasa figuratif
Bahasa yang digunakan untuk memperoleh kepuitisan,
penyair menggunakan bahasa figuratif, yaitu bahasa kiasan atau majas. Menurut
Ratna majas adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau
pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan.
e)
Rima dan ritma
Merupakan pengulangan bunyi dalam puisi, dengan
pengulangan bunyi tersebut, puisi menjadi merdu bila dibaca.
2.
Strukur Batin Puisi
Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai
hakikat puisi,
meliputi
hal-hal sebagai berikut:
a)
Tema/ makna (sense)
Media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah
hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata,
baris, bait, maupun makna keseluruhan.
b)
Rasa
(feeling)
Yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang
terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar
belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan,
agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia,
pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan
tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada
kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja,
tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan
kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
c)
Nada (tone)
Yaitu sikap penyair terhadap pembacaannya. Nada juga
berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada
menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah,
menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap
bodoh dan rendah pembaca, dan lain sebagainya.
d)
Amanat/ tujuan/ maksud (intention)
Sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair
menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair
menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.
B.
Analisis puisi pada “Sajak Putih” karya chairil anwar
berdasarkan teori stilistika
SAJAK PUTIH
Oleh: Chairil Anwar
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak
membelah.........
a)
Struktur fisik puisi
1.
Diksi
Kata-kata dalam puisi “Sajak putih” memiliki makna kiasan yang harus dipahami secara seksama
dan menyeluruh, seperti pada baris ke tiga “Di
hitam matamu kembang mawar dan melati”, Mawar dan melati mengandung majas
metafora yang berarti lain, sesuatu yang indah atau cinta yang murni dan
menggairahkan seperti keindahan bunga mawar (yang merah) dan melati (putih)
yang mekar. Dengan demikian penggunaan kata metafora dalam puisi tersebut cukup
menjadi perhatian. Penyair menggunakan kata-kata tersebut untuk membandingkan
sesuatu. Sesuatu itulah yang dinamakan makna metafora.
2.
Citraan
Citraan dalam karya sastra berperan untuk menimbulkan
pembayangan imajinatif bagi pembaca. Pada dasarnya citraan kata terefleksi
melalui bahasa kias. Citraan kata meliputi penggunaan bahasa untuk
menggambarkan objek-objek, tindakan, pikiran, perasaan, ide, dan setiap pengalaman
indera istimewa. Citraan dibuat dengan pemilihan kata (diksi) Dalam puisi “sajak putih” penyair memanfaatkan
citraan untuk menghidupkan imaji pembaca melalui ungkapan tidak langsung.
Seperti citraan visual (penglihatan) terlihat pada baris kedua dan kedelapan
yaitu “Kau depanku dan menarik menari”. Citraan indera (pencium), terlihat
pada bait keempat yaitu “Harum rambutmu”.
Citraan indera (pendengaran) terlihat pada baris kelima yaitu “Sepi menyayi”. Jadi kesimpulanya
dari “sajak putih” adalah memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji
pembaca dalam merasakan apa yang dirasakan oleh penyair. Citraan membantu
pembaca dalam menghayati makna puisi. Puisi “sajak putih” memanfaatkan citraan penglihatan, penciuman, dan
citraan pendengaran
3.
Kata-kata konkret
Pada puisi ini ditemukan diksi yang berupa kata-kata
konkret yang dapat membangkitkan citraan seperti penglihatan, penciuman,
pendengaran. Kata-kata konkret tersebut sangat jelas menunjukan sikap tindakan
baik dari penyair maupun dari pembaca. Kata-kata konkret tersebut bertujuan
untuk menggambarkan unsur-unsur puisi secara tepat agar pembaca dapat merasakan
keadaan yang dirasakan penyair.
4.
Bahasa figuratif
Dalam puisi “sajak
puitih” karya chairil anwar bahasa figuratif yang muncul yaitu pada baris
ketiga, yaitu “di hitam matamu kembang
mawar dan melati”, merupakan majas metafora yang bersifat membandingkan
sesuatu secara langsung. Selain itu pula muncul majas repetisi pada baris
kesembilan, yaitu terjadi pengulangan kata, “Hidup dari hidupku”.
5.
Rima dan ritma
Puisi “sajak
putih” secara keseluruhan didominasi dengan adanya vokal /a/, /i/, dan /u/.
Asonansi vokal /a/ terdapat pada baris puisi yaitu baris 2, 4, 5, 6, 9, 10, 11,
dan 12. Misalnya asonansi vokal (a), terletak pada baris kedua yaitu Kau
depanku bertudung sutra senja, dan pada baris keempat yaitu Harum rambutmu
mengalun bergelut senja. Asonansi vokal (i) terletak pada baris pertama yaitu
Bersandar pada tali warna pelangi dan pada baris ketiga yaitu Dihitam matamu
kembang mawar dan melati. Dari asonansi vokal diatas dapat disimpulkan bahwa
puisi ini mempunyai irama yang tepat dan beraturan yakni irama vokal i i a a,
Sehingga dengan variasi dan irama pada puisi tersebut menimbulkan sebuah irama
yang menciptakan sebuah irama yang indah.
b) Struktur Batin Puisi
1.
Tema (sense)
Merupakan hal yang ingin disampaikan oleh pengarang.
Dalam puisi sajak putih menceritakan seorang gadis yang sangat cantik yang mempunyai cinta yang sangat tulus dan memikat terhadap
seorang pria yang membuat pria tersebut merasa terharu dan tertarik
terhadapnya. Tetapi kedua insan tersebut belum ada kesiapan untuk saling
menyatakan perasaannya masing-masing, mereka hanya diam tanpa ada sepatah kata
yang diucapakn, mereka hanya berbicara di dalam hatinya masing –masing, tetapi si pria tersebut
mempunyai banyak harapan bahwa gadis tersebut mencintainya. Kedua insan
tersebut berjanji bahwa sampai kapanpun mereka tak akan terpisahkan.
2.
Perasaan (feeling)
Perasaan yang ditekankan pada puisi ini adalah rasa
bahagia karena kedua insan yang tadinya tidak mempunyai keberanian untuk saling
menyatakan perasannya, tetapi pada akhirnya mereka mempunyai keberanian untuk
saling menyatakaan perasaannya. Karena cinta yang dimiliki oleh kedua insan
tersebut sangat tulus dan suci.
3.
Nada (tone)
Nada yang ditunjukan dalam puisi sajak putih ini
adalah kegembiraan dan kebahagiaan. Nada gembira dan bahagia ini muncul karena,
rasa gembira seorang pria yang memiliki seorang gadis yang mempunyai cinta yang
sangat tulus dan suci terhadapnya yang terlihat pada kata tali warna pelangi,
sutra senja, menarik menari. Maka munculah benih-benih cinta diantara mereka.
4.
Amanat (intention)
Dalam puisi ini amanat yang disampaikan oleh penyair
adalah bahwa jika kita mencintai seseorang harus berani untuk menyatakaan perasaan
kita masing-masing, menerima segala kelebihan dan kekurangan pasangan kita, dan
berusahalah untuk selalu mencitai, dan selalu ada di sisinya sampai hembusan nafas terakhir.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari puisi Sajak Putih karya Chairil anwar
diceritakan bahwa ada dua insan manusia yang saling mencintai tetapi tidak berani untuk menyampaikan perasaannya
masing-masing, tetapi meskipun begitu, mereka
tetap berjanji akan saling mencintai selamanya.
Dalam puisi ini amanat yang disampaikan
oleh penyair adalah bahwa jika kita mencintai seseorang harus berani untuk
menyatakaan perasaan kita masing-masing, menerima segala kelebihan dan
kekurangan pasangan kita, dan berusahalah untuk selalu mencitai, dan selalu ada
di sisinya sampai hembusan nafas
terakhir.
Daftar Pustaka
Eliyanti,
Windi. 2011. Pendekatan Stilistika. http://windieliyanti.blogspot.com/. 28
September 2011.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar